Pentingnya Pendidikan Berkarakter
Akhirnya ujian akhir semester pun usai. Here I am...Kembali dengan postingan mengenai Pentingnya Pendidikan Berkarakter. Bukan karena saya baru saja menyelesaikan RPP (Rencana Program Pembelajaran) berkarakter, akan tetapi karena banyak sekali kejadian di kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan Emotional Spiritual Quotient (ESQ).
Sebenarnya semua yang ingin saya utarakan adalah berdasarkan pengalaman dan pengamatan yang telah saya lakukan sejak menginjak Taman Kanak-Kanak hingga kini di perguruan tinggi yang akan beranjak ke semester 7.
Menurut pendapat saya, seseorang yang memiliki kecerdasan emosional adalah orang yang tidak membuat orang lain marah dan emosi, tetapi juga mampu mengendalikan emosinya sendiri yang tidak hanya berupa perkataan, tapi juga pada perbuatannya yang tampak dari apa yang ia cerminkan di kehidupan sehari-hari. Sekalipun ia bukan seorang yang berbicara meledak-ledak, tetap saja ada faktor lain yang membuat orang marah dan menjadi “emosi”. Salah satu faktornya adalah karena sombong dan meremehkan, tidak mau mendengarkan pendapat orang lain, dan tidak memberikan kesempatan bagi orang lain untuk berbicara.
Memang benar, dengan mendengarkan kita mendapat lebih banyak dibanding terus menerus berbicara. Tapi mendengarkan dalam hal yang seperti apa? Mendengarkan untuk akhirnya tidak ada kesempatan berbicara? Tentu tidak demikian. Kita harus tetap mempertahankan hak kita untuk mengemukakan pendapat. Namun jika keadaan tidak lagi memungkinkan, lebih baik diam dan tidak perlu untuk mendengar jika hanya membawa diri anda ke dalam kondisi yang sangat menjengkelkan.
Kejadian di atas sering terjadi di kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, seorang guru yang kini telah menerapkan pendidikan berkarakter dalam proses belajar mengajar, hendaknya benar-benar membuat hal tersebut terjadi di lapangan. Tidak hanya tertulis di RPP bahwa siswa mampu menghargai pendapat teman, menjadi pendengar yang baik, memberikan kesempatan bagi teman yang ingin memberikan pendapat, bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, dll. Guru juga harus membuat lembar penilaian khusus untuk menilai kecerdasan afektif ini, yang nantinya juga akan berpengaruh terhadap nilai akhir yang diperoleh siswa. Dengan demikian siswa akan terbiasa dengan nilai-nilai pendidikan berkarakter yang telah diajarkan.
Namun yang terlihat kini, banyak siswa yang “pintar” dalam pelajaran tapi juga “pintar” membuat hati temannya teriris. Ya bukan teriris dengan pisau, melainkan menyakiti hati temannya yang tidak lebih pintar. Misalnya ketika ada siswa yang biasa-biasa saja tingkat kecerdasannya mempresentasikan hasil kerja ataupun menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru di papan tulis. Tapi siswa yang pintar ini tanpa merasa bersalah langsung berteriak-teriak, “itu salah bu, yang benar 52 hasilnya”. Atau ketika temannya sedang melakukan presentasi di depan kelas, ia menyambung-nyambung apa yang dikatakan temannya karena ia telah paham dan tahu lebih dulu mengenai apa yang disampaikan oleh temannya. Harusnya yang dilakukan siswa pintar ini adalah menjadi pendengar yang baik dan menghargai temannya.
Sumber: Pixabay |
Inilah yang menyebabkan moral dari bangsa ini seakan bobrok, karena kekurangan aqidah dan etika sebagai seorang manusia. Semakin lama sumber daya manusia di Indonesia memiliki IQ di atas rata-rata, namun berbanding terbalik dengan kecerdasan emosi yang dimilikinya.
Syukur Alhamdulillah kini pemerintah telah menetapkan kurikulum berkarakter. Semoga tidak hanya tertulis di RPP para guru, semoga tidak hanya dalam waktu yang sebentar diterapkan di kehidupan sehari-hari. Semoga dengan usaha pemerintah menetapkan kurikulum berkarakter dapat membuat karakter bangsa ini menjadi lebih baik dari sebelum-sebelumnya dan Indonesia menjadi negara maju, bukan lagi negara berkembang, Ya, semoga.
Post a Comment for "Pentingnya Pendidikan Berkarakter"
Peraturan Berkomentar
- Diharapkan menggunakan kata-kata yang santun, baik, dan sopan.
- Berkomentarlah sesuai dengan topik (relevan).
- Dilarang keras komentar yang mengandung SARA, pornografi, kekerasan, dan pelecehan.
- Komentar dengan link promo akan masuk spam.
Terima kasih.