Kampung Halamanku
2 Februari 2016, hari itu saya ikut membantu pekerjaan Ayah ke kota yang padat dalam urusan persemenan ini. Di jalan pulang yang beberapa kilometer lagi hampir dekat dengan rumah, Ayah berhenti di depan rumah temannya yang merupakan supir truk semen, yang bisa juga dikatakan koleganya.
Pemandangan di depan rumah sederhana itu cukup indah. Saya merasa keluarga mereka bahkan tak perlu untuk piknik, karena pemandangan indah itu ada setiap hari di depan mata mereka.
Saya jadi teringat kata seorang sahabat terbaik, bahwa aku iri denganmu, perjalanan panjang dari kota Banda Aceh ke rumahmu sungguh tak terasa, pemandangannya sangat indah, begitu ujarnya. Saya pun mulai berpikir, bagaimana bisa terkadang saya lupa akan nikmat Tuhan yang satu ini. Meskipun saya harus menempuh jarak yang cukup jauh, pulang pergi kurang lebih 62 km, terkadang menggunakan angkutan umum yang cukup sesak, hal tersebut terbayarkan, karena di sepanjang perjalanan menuju rumah dari Banda Aceh, merupakan lukisan hidup ciptaan Allah, yang berupa hamparan lautan luas dan pegunungan yang tertata rapi bak bergandengan.
Sembari menunggu Ayah bertemu temannya, saya merenung, memandangi ombak di lautan satu persatu yang menghampiri, seumur hidup hingga berusia 25 tahun, pemandangan ini menemani. Tatkala mata, pikiran, dan seluruh tubuh lelah sepulang sekolah, pemandangan indah yang menyejukkan. Melihat sunrise dan sunset setiap hari di perjalanan menuju kota dan kembali ke rumah, saya bersyukur akan segala pemberian Yang Maha Kuasa, Maha Rahman, Maha Rahiim.
Nice..
ReplyDeleteTeurimong geunaseh :)
Delete