Ngeblog di Dalam Labi-Labi (Angkot)
Di provinsi Aceh, di kota Banda Aceh khususnya, selain ada bus Transkutaraja yang baru masuk ke Banda Aceh tahun 2015 lalu, terdapat juga angkutan umum yang sudah lama digunakan masyarakat Aceh, kendaraan ini bisa dikatakan legend, mengingat masyarakat Aceh sudah menggunakannya sejak berpuluh tahun yang lalu. Angkutan umum ini dinamakan labi-labi, yang berbeda dengan angkutan yang ada di provinsi lain, sekilas terlihat mirip dengan angkot, tetapi masih terdapat banyak perbedaan.
Perbedaannya terletak pada jenis mobil yang digunakan, letak pintu masuknya, dan juga model jendelanya. Labi-labi adalah hasil modifikasi dari mobil berjenis pick up, yang ditambahkan dinding dan atap, serta terdapat kursi panjang di bagian kiri dan kanan. Kacanya tinggal di sorong saja seperti model pintu rumah tradisional Jepang.
Para driver labi-labi ini pun kebanyakan kreatif, ada saja ide mereka dalam menghias mobilnya. Seakan-akan dinding dan kaca labi-labi ini ada muralnya, padahal mereka hanya menempelkan stiker saja. Ada yang menempelkan dan menghiasnya sendiri, ada juga yang meminta jasa tukang pasang stiker, atau dibantu oleh teman-teman mereka sesama driver.
Dulu, waktu masih masa-masa golden age saya, sekitaran umur 2-3 tahun, sering dibawa keluarga ke warung kopi kami yang bernama Rakan Droe, lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah, jalan kaki 3 menit saja. Warung kopi ini memang jadi tempat ngetem dan tempat minum kopinya driver labi-labi di seluruh Krueng Raya. Namun sayang, Rakan Droe sudah berhenti beroperasi saat sedang ngeri-ngerinya konflik di Aceh, orangtua kami menyewakannya kepada orang lain yang juga kerabat jauh kami. Lalu benar-benar habis tak bersisa saat tsunami 26 Desember 2004 silam. Kini saya berusaha menghidupkan kembali nama Rakan Droe ini menjadi online shop saya, hanya saja penjualan online saat ini jarang aktif, nama IG nya @gerairakandroe.
Kalau ingin bertandang ke Krueng Raya, Aceh Besar, dan tidak memiliki kendaraan pribadi, teman-teman dapat menggunakan labi-labi sebagai sarana transportasinya. Para calon penumpang dapat menunggu di terminal Keudah, dan di halte sepanjang jalur pulang ke arah Krueng Raya. Hanya saja harus agak bersabar dengan labi-labi ini, karena ngetemnya lama.
Kalau tidak mau kepanasan seakan diperam seperti telor ayam di dalam labi-labi, lebih baik menunggu labi-labinya di simpang mesra depan kampus AMIKI saja, yaitu titik terakhir pengangkutan penumpang dari kota Banda Aceh. Daripada menunggu di simpang 5, selain lambat jalannya juga masih banyak titik halte untuk mengangkut penumpang dari arah simpang 5. Perjalanan yang ditempuh dari Banda Aceh hingga sampai di Krueng Raya yaitu sepanjang 31 km.
Di dinding bagian dalam labi-labi terdapat list ongkos yang harus dibayar oleh orang-orang dengan berbagai profesi, seperti mahasiswa, siswa, umum, PNS, siswa BP2IP Ujong Kareung, siswa SUPM Ladong, dll.
Saya yang merupakan warga Krueng Raya, selalu menggunakan labi-labi sebagai alat transportasi, saat keluarga berhalangan untuk mengantar dan menjemput. Apa yang dapat saya lakukan saat bosan di labi-labi? Saya nge-blog dong. Wah bagaimana bisa ngeblog? Kan susah kalau mau buka laptop? Naah, jangan salah. Jaman sekarang apa-apa sudah canggih, tidak perlu buka laptop untuk bisa mengakses blog teman-teman, cukup download aplikasi blogger di playstore, lalu login, dengan mudahnya teman-teman bisa ngeblog di hp saja. Yaa, hanya dengan jempol, tanpa perlu 10 jari seperti saat mengetik di laptop. Karena inspirasi untuk menulis suka datang tiba-tiba, maka akan lebih mudah kan ngeblog di hp saja? Yaa selamat mencoba teman-teman.
Aplikasi Blogger di Playstore |
Post a Comment for "Ngeblog di Dalam Labi-Labi (Angkot)"
Peraturan Berkomentar
- Diharapkan menggunakan kata-kata yang santun, baik, dan sopan.
- Berkomentarlah sesuai dengan topik (relevan).
- Dilarang keras komentar yang mengandung SARA, pornografi, kekerasan, dan pelecehan.
- Komentar dengan link promo akan masuk spam.
Terima kasih.